Cerita Wayang Mahabarata
siapa yang tidak tahu kisah Mahabharata, saya rasa sudah banyak yang tahu, apalagi kisah dan ceritanya sudah pernah di angkat di Televisi. Kisah Mahabharata ini sebenarnya berasal dari India, tapi ada yang mengatakan ada yang versi jawanya. seperti yang di ceritakan di pementasan wayang kulit, sebenarnnya alur dan jalan ceritanya sama saja, mungkin ada sedikit perbedaan penokohan saja, misalnya di kisah Mahabharata versi india Sri Krisna di gambarkan dengan kulit biru dan cirikhas dengan bulu meraknya. Sedangkan di kisah Mahabharata versi Jawa Sri Krisna digambar berkulit hitam dengan Mahkota Maha Dewanya.
mari kita simak Cerita dan Kisah Mahabharata berikut :
Awal kisah Mahabarata
Kisah wayang Mahabarata berawal dari pertemuaan antara Raja
Duswanta dan Sakuntala. Raja Duswanta merupakan seorang Raja besar dari kerajaan
Chandrawangsa dan juga merupakan keturunan dari Yayati, dia menikahi Sakuntala
setelah pertapaannya atas perintah dari Bagawan Kanwa yang kemudian punya
keturunan sang Bharata, setelah itu, sang Bharata punya keturunan sang Hasti
yang kemudian membangun sebuah pusat pemerintahan yang diberi nama dengan
Hastinapura. Semua raja dari Hastinapura juga merupakan keturunan dari sang
Hasti. Dari keluarga Hastinapura tersebut, lahirlah sang Kuru yang menguasai
dan mensucikan sebuah daerah yang sangat luas atau yang dikenal dengan
Kurushetra.
Dalam dinasty Kuru, lahirlah sang Pratipa yang menjadi ayah
dari prabu Santanu yang dikenal sebagai leluhur dari para Pandawa dan Kurawa.
Prabu Santanu sendiri merupakan seorang Raja yang paling mahsyur dari garis
keturunan sang Kuru yang berasal dari Hastinapura. Dia menikah dengan Dewi
Gangga yang di kutuk untuk turun ke bumi, tetapi dewi Gangga meninggalkan sang
Prabu, karena dia telah melanggar janji pernikahan. Namun hubungan pernikahan
dari sang Prabu Santanu dengan Dewi Gangga tersebut telah membuahkan 7 anak,
akan tetapi semua anak tersebut ditenggelamkan ke laut Gangga oleh dewi Gangga
dengan alasan bahwa semua anak tersebut sudah kena kutukan. Namun anak
yang ke-7 dapat diselamatkan oleh prabu
Santanu dan kemudian diberi nama Dewabrata. Setelah kejadian tersebut, akhirnya
dewi Gangga meninggalkan prabu Santanu.
Setelah Dewabrata beranjak dewasa,dia melakukan sumpah
bhisan pratigya (sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta
ayahnya). Dia melakukan hal tersebut karena tidak ingin dia dan semua
keturunannya berselisih dengan keturunan dari Satyawati, (ibu tiri dari
Dewabrata). Setelah ditinggal pergi oleh dewi Gangga, akhirnya sang
prabu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu kembali melanjutkan
kehidupan rumah tangga dengan menikahi putri nelayan yang bernama Dewi
Satyawati. Dari pernikahan tersebut, dikaruniai dua orang anak yang diberi nama
Citranggada dan Wicitrawirya. Sedangkan sang Dewabrata/Bisma memutuskan untuk
pergi ke kerajaan Kasi untuk mengikuti sayembara dan akhirnya dia memenangkan
sayembara tersebut sehingga dia berhasil mendapatkan tiga orang putri yang
bernama Ambika, Amba dan Ambalika yang kemudian di bawa pulang untuk dinikahi
dengan adik-adiknya.
Berhubung Citranggada telah meninggal, maka Ambalika dan
Ambika dinikahi dengan Wicitrawirya, sedangkan si Amba mencintai sang Bisma,
tetapi Bisma menolak cinta dari sang Amba karena dia sudah terikat dengan
sumpah bahwasanya dia tidak akan menikah seumur hidupnya. Demi usahanya untuk
menjauhkan sang Amba dari dirinya, tanpa sengaja dia melesatkan anak panahnya yang
akhirnya menembus dada Amba. Atas kematian Amba tersebut, Bisma di kasih tahu
bahwa suatu nanti Amba akan bereinkarnasi jadi seorang pangeran yang punya
sifat kewanitaan, yaitu anak dari Raja Drupada yang bernama Srikandi. Dan
kematiannya pun kelak juga berada di tangan Srikandi yang membantu sang Arjuna
dalam sebuah pertempuran besar yang
terjadi di Kurukshetra.
Citrangganda meninggal di usia yang masih muda dalam sebuah
pertempuran, akhirnya dia diganti oleh adiknya yang bernama Wicitrawirya sebagai
sang pewaris tahta dari prabu Santanu. Namun Wicitrawirya sendiri juga
meninggal di usia yang masih muda dan belum sempat menikah apalagi punya
keturunan. Kemudian Dewi Satyawati mengirim kedua istri dari Wicitrawirya
(Ambika dan Ambalika) guna menemui Resi Byasa, karena sang Resi dipanggil akan
mengadakan sebuah upacara untuk mereka supaya mendapatkan keturunan. Dewi
Satyawati menyuruh Ambika untuk menemui Resi Byasa di dalam sebuah ruang
upacara. Setelah Ambika masuk ke dalam ruangan tersebut, dia melihat wajahdari
sang Resi yang begitu dahsyat dengan sinar mata yang menyala-nyala. Sehingga
membuat Ambika menutup matanya, karena dia menutup mata sepanjang upacara
berlangsung, maka anak dari Ambika pun terlahir dengan mata yang Buta dan anak
tersebut adalah Drestarastra.
Setelah itu, tiba giliran Ambalika untuk mengunjungi Resi
Byasa ke dalam ruang upacara sama halnya dengan Ambika. Namun dia disuruh untuk
terus membuka matanya agar anak yang akan dilahirkannya tidak buta seperti anak
dari Ambika (Drestarastra). Oleh karena itu, Ambalika tetap membuka matanya
sampai upacara selesai, namun selesai upacara tersebut dia menjadi sangat pucat
karena selama upacara dia tidak memejamkan matanya. Setelah itu, lahirlah Pandu
(putra dari Ambalika), yang merupakan ayah dari para Pandawa.
Drestarastra dan Pandu juga punya saudara tiri yang bernama
Widura. Widura ini merupakan anak dari Resi Byasa dengan dayang yang bernama
Datri. Namun saat upacara sedang berlangsung Datri malah keluar dari upacara
karena tak kuat melihat wajah resi Byasa yang bersinar terang dan akhirnya dia
terjatuh, sehingga anak (Widura) yang dilahirkan oleh Datri memiliki kaki yang
cacat/pincang.
Karena Drestarastra yang terlahir dengan mata yang buta,
maka dari itu, tahta dari Hastinapura diberikan kepada Pandu. Kemudian menikah
dengan Dewi Kunti. Setelah itu, Pandu menikah lagi dengan dewi Madrim, tetapi
akibat kesalahan Pandu saat sedang berburu, dia memanah seekor kijang yang
sedang bercinta. Kijang tersebut akhirnya mengutuk Pandu, bahwasanya dia tidak
akan lagi bisa merasakan nikmatnya hubungan suami istri, apabila dia melakukan
hal tersebut, Pandu akan menemui kematiannya. Setelah mengutuk Pandu, akhirnya
kijang itu mati dan berubah ke wujud aslinya yaitu seorang pendeta.
Lahirnya Pandawa dan Kurawa
Setelah Pandu
mengalami kejadian buruk tersebut, kemudian dia mengajak kedua istrinya
(Kunti dan Madrim) untuk memohon kepada yang maha kuasa supaya bisa memiliki
keturunan. Dengan bantuan dari mantra Adityahredaya yang sudah di berikan oleh
resi Byasa, oleh karena itu oleh karena itu dewi Kunti bisa memanggil para Dewa
untuk memohon supaya bisa memiliki keturunan.
Untuk pertama kalinya dia mencoba mantra tersebut, maka
datanglah Batara Surya, tak lama kemudian Kunti hamil dan melahirkan seorang
anak yang diberi nama Karna. Tapi anak tersebut (Karna) dibuang dibuang ke laut
dan dirawat oleh Kurawa. Oleh karena itu pada saat perang Bharatayudha
berlangsung, Karna berada di pihak Kurawa.
Kemidian atas permintaan dari Pandu, Kunti mencoba lagi mantra
tersebut, akhirnya Bhatara Guru mengirimkan sang Bhatara Dharma untuk
membuahi Dewi Kunti dan kemudian
lahirlah anak yang diberi nama Yudistira. Setahun kemudian, Bhatara Bayu juga
dikirim oleh Bhatara Guru untuk membuahi Dewi Kunti dan kemudian lahirlah Bima.
Kemudian Bhatara Guru juga menyuruh Bhatara Indra untuk membuahi Dewi Kunti dan
lahirlah anak yang diberi nama Arjuna. Selain itu, Bhatara guru juga mengirim
Bhatara Aswan dan Aswin untuk membuahi Dewi Madrim, lalu kemudian lahirlah dua
anak kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa.
Kelima putra Pandu tersebut yang di kenal dengan Pandawa.
Kemudian Drestrarastra yang buta menikah dengan Dewi Gandari dan mempunyai
sembilan puluh sembila putra dan seorang putri atau yang lebih dikenal dengan
nama Kurawa.
Pandawa dan Kurawa adalah dua kelompok dengan sifat yang
sangat berbeda, tetapi berasal dari leluhur yang sama, yaitu keturunan Kuru dan
Bhatara. Para Kurawa (khususnya Duryudana) mimiliki sifat yang licikdan selalu
iri hati dengan semua kelebihan yang dimiliki para Pandawa. Sedangkan para
Pandawa memiliki sifat yang tenang dan selalu sabar ketika mereka ditindas oleh
Kurawa (sepupu mereka).
Drestarastra yang merupakan ayah dari Kurawa, sangatlah
menyayangi putra-putranya tersebut. Hal itulah yang membuat dia sering dihasut
oleh saudara iparnya yaitu Sengkuni. Selain menghasut Drestarastra, Sengkuni
juga menghasut putra kesayangannya yaitu Duryudana, supaya dia mau memberikan
izin kepada sengkuni untuk melakukan rencana jahat dalam upayanya untuk menyingkirkan
para Pandawa. Pada suatu saat, Duryudana mengundang dewi Kunti dan para
Pandawauntuk liburan, disana mereka (dewi Kunti dan Pandawa) menginap di sebuah
rumah yang sudah di siapkan oleh Duryudana, tetapi pada malam hari rumah
tersebut di bakar oleh orang suruhan Duryudanan. Namun para Pandawa bisa
selamatberkat bantuan dari Bima yang sebelumnya telah diberi yahu oleh Widura
akan Rencana jahat yang sudah disiapkan oleh Kurawa, sehingga para Pandawa bisa
selamat dan tidak terbakar di dalam rumah tersebut.
Setelah menyelamatkan diri dari rumah tersebut, para Pandawa
dan ibu Kunti masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan tersebut Bima bertemu dengan
seorang raksasa Hidimba yang kemudian yang kemudian berhasil di bunuh olehnya,
lalu Bima menikahi adik dari Hadimba,yaitu reseksi Hidimbi atau yang dikenal
dengan Arimbi. Dari hasil pernikahan tersebut, lahirlah gatotkaca. Setelah
mereka berhasil keluar dari hutan tersebut, mereka melewati sebuah kerajaan
yang bernama Pancala. Disana mereka mendengar kabar bahwasanya raja dari
Pancala yang bernama Drupada akan menyelenggarakan sebuah sayembara untuk
memperebutkan dewi Drupadi.
Sayembara tersebut diikuti oleh semua Raja dari seluruh
negeri Arya, termasuk Adipati Karna juga mengikutisayembara tersebut dan
berhasil menyelesaikan tantangan yang di berikan oleh raja Dupada, namun dia
ditolak oleh Drupadi karena status Karna yang hanya putra dari seorang kusir.
Para Pandawa juga ikut serta dalam sayembara tersebut, namun mereka menyamar
sebagai kaum Brahmana. Pandawa ikut dalam sayembara tersebut untuk memenangkan
lima macam sayembarayang diberikan oleh
raja Drupada. Dalam sayembara tersebut Yudistira berhasil memenangkan sayembara
filsafat dan tatanegara, Arjunaberhasil memenangkan sayembara senjata Panah,
Bima berhasil memenangkan sayembara Gada sedangkan Nakula dan Sadewa berhasil
memenangkan sayembara menggunakan senjata pedang.
Pandawa berhasil melakukannya dengan baik dalam usaha untuk
memenangkan sayembara tersebut. Berhubung para Pandawa bisa menyelesaikan
sayembara tersebut, Drupadi harus bersedia menerima para Pandawa sebagai
suami-suaminya kerena sesuai dengan janjinya, siapa saja yang bisa memenangkan
sayembara yang sudah dibuatnyatersebut akan menjadi suaminya walaupun hal
tersebut menyimpang dari keinginannya yang hanya menginginkanseorang kesatria
saja.
Setelah kejadian tersebut,kerusuhan pun terjadi karena para
peserta yang lain menggerutu, karena kaum Brahmana tak sepantasnya mengikuti
sayembara tersebut. Namun para Pandawa berhasil meloloskan diri dan sesampainnya
di rumah, mereka bilang kepada ibunya (Kunti) bahwa merekasudah datang dan
membawa dan membawa hasil dari minta-minta. Akhirnya ibu Kunti menyuruh mereka
untuk membagi hasil tersebut dengan rata semua saudaranya. Namun betapa
terkejutnya ibu Kunti saat dia mengetahui bahwa anak-anaknya bukan hanya
membawa hasil minta-minta, melainkan juga seorang wanita. Untuk menghindari
terjadi pertempuran yang sengit antara Pandawa dan Kurawa, Kerajaan Kuru dibagi
menjadi dua untuk Pandawa dan Kurawa.
Kurawa mendapat bagian untuk memerintah kerajaan Kuru pusat
(induk) yang beribukota Hastinapura, sedangkan para Pandawa mendapat bagian
untuk memerintah kerajaan Kurijanggala yang beribukota Indraprastha. Baik
Hastinapura ataupun Indraprastha mempunyai istana yang sangat megah dan disana
juga Duryudana tercebur kedalam sebuah kolam yang dia kira sebagai lantai,
sehingga membuat dirinya menjadi bahan ejekan dari Drupadi. Hal tersebut yang
akhirnya membuat Duryudana semakin marah kepada Pandawa.
Untuk merebut
kekeayaan dari kerajaan Kurujanggala yang dipimpin oleh Yudistira,
Duryudana mengundang Yudistira untuk bermain Dadu, ide tersebut merupakan hasil
pemikiran licik dari Arya Sengkuni. Saat permainan dadu berlangsung, Duryudana
diwakili oleh pamannya (Sengkuni) sebagi bandar dadu yang mempunyai keahlian
untuk berbuat curang. Permainan dadu tersebut diawali dengan taruhan senjata
perang, akhirnya taruhan permainan dadu terus meningkat sehingga menjadi
taruhan harta kerajaan, prajurit kerajaan pun juga ikut dipertaruhkandan ketika
pada puncak permainan, kerajaan Kurujanggala menjadi taruhan, namun Pandawa
kalah dalam permainan tersebut dan habislah semua harta mereka dan juga
kerajaan Kurujanggala termasuk juga dengan saudara-saudaranya dan terakhir
adalah istrinya Drupadi di jadikan sebagai taruhan.
Setelah kekalahan Yudistira dalam permainan dadu tersebut
Drupadi diminta oleh Duryudana untuk hadir di area judi tersebut karena Drupadi
sudah milik Duryudana. Akhirnya Duryudana menyuruh pengawalnya untuk menjemput
Drupadi, tetapi Drupadi menolak hal tersebut. Mendengar bahwa pengawalnya gagal
membawa Drupadi, Duryudana mengutus adiknya (Dursasana), untuk menjemput
Drupadi. Drupadi yang menolak ajaka Dursasana untuk datang ke area judi,
akhirnya diseret dengan kasar dan tanpa rasa kemanusiaan. Rambut Drupadi
ditarik oleh Dursasana sampai ke area judi, dimana tempat suaminya berkumpul.
Berhubung dia sudah kalah, akhirnya Yudistira dan semua adiknya diminta untuk
melepaskan bajunya, tapi Drupadi menolak hal tersebut. Dursasana yang memiliki
watak kasar, menarik kain yang dipakai oleh Drupadi.
Drupadi yang sangat malu dan tersinggung atas apa yang sudah
dilakukan oleh Dursasana , ia bersumpah tak akan pernah menggelung rambutnya
sebelum rambutnya dikramasi menggunakan darah dari Dursasana. Bimapun juga
bersumpah, dia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Setelah Drupadi
dan Bima mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa akan ada malapetaka
yang menimpa keturunannya, oleh karena itu dia mengembalikan semua harta Yudistira
yang digunakan sebagai taruhan. Duryudana merasa kecewa pada ayahnya
(Drestarastra) yang telah mengembalikan seluruh harta yang sebenarnya sudah
menjadi milik dari Duryudana, akhirnya dia diminta untuk menyelenggarakan
permainan dadu untuk kedua kalinya.
Dalam permainan yang kedua ini, siapa yanag kalah harus
mengasingkan diri ke dalam hutan selama 12 tahun, setelah itu mereka harus
menyamar selama 1 tahun, setelah itu baru boleh kembali ke kerajaan. Namun ,
dalam permainan dadu yangkedua ini Yudistira kalah lagi , kerena kekalahan
tersebut. Dengan terpaksa Pandawa harus meninggalkan kerajaan Kurujanggala
selama 12 tahun untuk hidup di dalam
hutan di tambah dengan masa penyamaran selama 1 tahun.
Seperti itulah kisah Mahabharata, yang bisa saya tuliskan. semoga dapat menghibur dan memberi informasi dan wawasan bagi yang membaca. mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis, atau dalam cerita Mahabharata, saya juga Manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan dosa. Sekian dari saya Wassallam.
Adhy_Kts
0 komentar:
Post a Comment