sponsor

Saturday, January 5, 2019

Cerita dan Kisah Mahabharata

Cerita Wayang Mahabarata

siapa yang tidak tahu kisah Mahabharata, saya rasa sudah banyak yang tahu, apalagi kisah dan ceritanya sudah pernah di angkat di Televisi. Kisah Mahabharata ini sebenarnya berasal dari India, tapi ada yang mengatakan ada yang versi jawanya. seperti yang di ceritakan di pementasan wayang kulit, sebenarnnya alur dan jalan ceritanya sama saja, mungkin ada sedikit perbedaan penokohan saja, misalnya di kisah Mahabharata versi india Sri Krisna di gambarkan dengan kulit biru dan cirikhas dengan bulu meraknya. Sedangkan di kisah Mahabharata versi Jawa Sri Krisna digambar berkulit hitam dengan Mahkota Maha Dewanya.


mari kita simak Cerita dan Kisah Mahabharata berikut :


Awal kisah Mahabarata

Kisah wayang Mahabarata berawal dari pertemuaan antara Raja Duswanta dan Sakuntala. Raja Duswanta merupakan seorang Raja besar dari kerajaan Chandrawangsa dan juga merupakan keturunan dari Yayati, dia menikahi Sakuntala setelah pertapaannya atas perintah dari Bagawan Kanwa yang kemudian punya keturunan sang Bharata, setelah itu, sang Bharata punya keturunan sang Hasti yang kemudian membangun sebuah pusat pemerintahan yang diberi nama dengan Hastinapura. Semua raja dari Hastinapura juga merupakan keturunan dari sang Hasti. Dari keluarga Hastinapura tersebut, lahirlah sang Kuru yang menguasai dan mensucikan sebuah daerah yang sangat luas atau yang dikenal dengan Kurushetra.
Dalam dinasty Kuru, lahirlah sang Pratipa yang menjadi ayah dari prabu Santanu yang dikenal sebagai leluhur dari para Pandawa dan Kurawa. Prabu Santanu sendiri merupakan seorang Raja yang paling mahsyur dari garis keturunan sang Kuru yang berasal dari Hastinapura. Dia menikah dengan Dewi Gangga yang di kutuk untuk turun ke bumi, tetapi dewi Gangga meninggalkan sang Prabu, karena dia telah melanggar janji pernikahan. Namun hubungan pernikahan dari sang Prabu Santanu dengan Dewi Gangga tersebut telah membuahkan 7 anak, akan tetapi semua anak tersebut ditenggelamkan ke laut Gangga oleh dewi Gangga dengan alasan bahwa semua anak tersebut sudah kena kutukan. Namun anak yang  ke-7 dapat diselamatkan oleh prabu Santanu dan kemudian diberi nama Dewabrata. Setelah kejadian tersebut, akhirnya dewi Gangga meninggalkan prabu Santanu.
Setelah Dewabrata beranjak dewasa,dia melakukan sumpah bhisan pratigya (sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya). Dia melakukan hal tersebut karena tidak ingin dia dan semua keturunannya berselisih dengan keturunan dari Satyawati, (ibu tiri dari Dewabrata). Setelah ditinggal pergi oleh dewi Gangga, akhirnya sang prabu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu kembali melanjutkan kehidupan rumah tangga dengan menikahi putri nelayan yang bernama Dewi Satyawati. Dari pernikahan tersebut, dikaruniai dua orang anak yang diberi nama Citranggada dan Wicitrawirya. Sedangkan sang Dewabrata/Bisma memutuskan untuk pergi ke kerajaan Kasi untuk mengikuti sayembara dan akhirnya dia memenangkan sayembara tersebut sehingga dia berhasil mendapatkan tiga orang putri yang bernama Ambika, Amba dan Ambalika yang kemudian di bawa pulang untuk dinikahi dengan adik-adiknya.
Berhubung Citranggada telah meninggal, maka Ambalika dan Ambika dinikahi dengan Wicitrawirya, sedangkan si Amba mencintai sang Bisma, tetapi Bisma menolak cinta dari sang Amba karena dia sudah terikat dengan sumpah bahwasanya dia tidak akan menikah seumur hidupnya. Demi usahanya untuk menjauhkan sang Amba dari dirinya, tanpa sengaja dia melesatkan anak panahnya yang akhirnya menembus dada Amba. Atas kematian Amba tersebut, Bisma di kasih tahu bahwa suatu nanti Amba akan bereinkarnasi jadi seorang pangeran yang punya sifat kewanitaan, yaitu anak dari Raja Drupada yang bernama Srikandi. Dan kematiannya pun kelak juga berada di tangan Srikandi yang membantu sang Arjuna dalam sebuah pertempuran besar  yang terjadi di Kurukshetra.
Citrangganda meninggal di usia yang masih muda dalam sebuah pertempuran, akhirnya dia diganti oleh adiknya yang bernama Wicitrawirya sebagai sang pewaris tahta dari prabu Santanu. Namun Wicitrawirya sendiri juga meninggal di usia yang masih muda dan belum sempat menikah apalagi punya keturunan. Kemudian Dewi Satyawati mengirim kedua istri dari Wicitrawirya (Ambika dan Ambalika) guna menemui Resi Byasa, karena sang Resi dipanggil akan mengadakan sebuah upacara untuk mereka supaya mendapatkan keturunan. Dewi Satyawati menyuruh Ambika untuk menemui Resi Byasa di dalam sebuah ruang upacara. Setelah Ambika masuk ke dalam ruangan tersebut, dia melihat wajahdari sang Resi yang begitu dahsyat dengan sinar mata yang menyala-nyala. Sehingga membuat Ambika menutup matanya, karena dia menutup mata sepanjang upacara berlangsung, maka anak dari Ambika pun terlahir dengan mata yang Buta dan anak tersebut adalah Drestarastra.
Setelah itu, tiba giliran Ambalika untuk mengunjungi Resi Byasa ke dalam ruang upacara sama halnya dengan Ambika. Namun dia disuruh untuk terus membuka matanya agar anak yang akan dilahirkannya tidak buta seperti anak dari Ambika (Drestarastra). Oleh karena itu, Ambalika tetap membuka matanya sampai upacara selesai, namun selesai upacara tersebut dia menjadi sangat pucat karena selama upacara dia tidak memejamkan matanya. Setelah itu, lahirlah Pandu (putra dari Ambalika), yang merupakan ayah dari para Pandawa.
Drestarastra dan Pandu juga punya saudara tiri yang bernama Widura. Widura ini merupakan anak dari Resi Byasa dengan dayang yang bernama Datri. Namun saat upacara sedang berlangsung Datri malah keluar dari upacara karena tak kuat melihat wajah resi Byasa yang bersinar terang dan akhirnya dia terjatuh, sehingga anak (Widura) yang dilahirkan oleh Datri memiliki kaki yang cacat/pincang.
Karena Drestarastra yang terlahir dengan mata yang buta, maka dari itu, tahta dari Hastinapura diberikan kepada Pandu. Kemudian menikah dengan Dewi Kunti. Setelah itu, Pandu menikah lagi dengan dewi Madrim, tetapi akibat kesalahan Pandu saat sedang berburu, dia memanah seekor kijang yang sedang bercinta. Kijang tersebut akhirnya mengutuk Pandu, bahwasanya dia tidak akan lagi bisa merasakan nikmatnya hubungan suami istri, apabila dia melakukan hal tersebut, Pandu akan menemui kematiannya. Setelah mengutuk Pandu, akhirnya kijang itu mati dan berubah ke wujud aslinya yaitu seorang pendeta.
Lahirnya Pandawa dan Kurawa
Setelah Pandu  mengalami kejadian buruk tersebut, kemudian dia mengajak kedua istrinya (Kunti dan Madrim) untuk memohon kepada yang maha kuasa supaya bisa memiliki keturunan. Dengan bantuan dari mantra Adityahredaya yang sudah di berikan oleh resi Byasa, oleh karena itu oleh karena itu dewi Kunti bisa memanggil para Dewa untuk memohon supaya bisa memiliki keturunan.
Untuk pertama kalinya dia mencoba mantra tersebut, maka datanglah Batara Surya, tak lama kemudian Kunti hamil dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Karna. Tapi anak tersebut (Karna) dibuang dibuang ke laut dan dirawat oleh Kurawa. Oleh karena itu pada saat perang Bharatayudha berlangsung, Karna berada di pihak Kurawa.
Kemidian atas permintaan dari Pandu, Kunti mencoba lagi mantra tersebut, akhirnya Bhatara Guru mengirimkan sang Bhatara Dharma untuk membuahi  Dewi Kunti dan kemudian lahirlah anak yang diberi nama Yudistira. Setahun kemudian, Bhatara Bayu juga dikirim oleh Bhatara Guru untuk membuahi Dewi Kunti dan kemudian lahirlah Bima. Kemudian Bhatara Guru juga menyuruh Bhatara Indra untuk membuahi Dewi Kunti dan lahirlah anak yang diberi nama Arjuna. Selain itu, Bhatara guru juga mengirim Bhatara Aswan dan Aswin untuk membuahi Dewi Madrim, lalu kemudian lahirlah dua anak kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa.

Kelima putra Pandu tersebut yang di kenal dengan Pandawa. Kemudian Drestrarastra yang buta menikah dengan Dewi Gandari dan mempunyai sembilan puluh sembila putra dan seorang putri atau yang lebih dikenal dengan nama Kurawa.
Pandawa dan Kurawa adalah dua kelompok dengan sifat yang sangat berbeda, tetapi berasal dari leluhur yang sama, yaitu keturunan Kuru dan Bhatara. Para Kurawa (khususnya Duryudana) mimiliki sifat yang licikdan selalu iri hati dengan semua kelebihan yang dimiliki para Pandawa. Sedangkan para Pandawa memiliki sifat yang tenang dan selalu sabar ketika mereka ditindas oleh Kurawa (sepupu mereka).

Drestarastra yang merupakan ayah dari Kurawa, sangatlah menyayangi putra-putranya tersebut. Hal itulah yang membuat dia sering dihasut oleh saudara iparnya yaitu Sengkuni. Selain menghasut Drestarastra, Sengkuni juga menghasut putra kesayangannya yaitu Duryudana, supaya dia mau memberikan izin kepada sengkuni untuk melakukan rencana jahat dalam upayanya untuk menyingkirkan para Pandawa. Pada suatu saat, Duryudana mengundang dewi Kunti dan para Pandawauntuk liburan, disana mereka (dewi Kunti dan Pandawa) menginap di sebuah rumah yang sudah di siapkan oleh Duryudana, tetapi pada malam hari rumah tersebut di bakar oleh orang suruhan Duryudanan. Namun para Pandawa bisa selamatberkat bantuan dari Bima yang sebelumnya telah diberi yahu oleh Widura akan Rencana jahat yang sudah disiapkan oleh Kurawa, sehingga para Pandawa bisa selamat dan tidak terbakar di dalam rumah tersebut.
Setelah menyelamatkan diri dari rumah tersebut, para Pandawa dan ibu Kunti masuk ke dalam hutan. Di dalam hutan tersebut Bima bertemu dengan seorang raksasa Hidimba yang kemudian yang kemudian berhasil di bunuh olehnya, lalu Bima menikahi adik dari Hadimba,yaitu reseksi Hidimbi atau yang dikenal dengan Arimbi. Dari hasil pernikahan tersebut, lahirlah gatotkaca. Setelah mereka berhasil keluar dari hutan tersebut, mereka melewati sebuah kerajaan yang bernama Pancala. Disana mereka mendengar kabar bahwasanya raja dari Pancala yang bernama Drupada akan menyelenggarakan sebuah sayembara untuk memperebutkan dewi Drupadi.
Sayembara tersebut diikuti oleh semua Raja dari seluruh negeri Arya, termasuk Adipati Karna juga mengikutisayembara tersebut dan berhasil menyelesaikan tantangan yang di berikan oleh raja Dupada, namun dia ditolak oleh Drupadi karena status Karna yang hanya putra dari seorang kusir. Para Pandawa juga ikut serta dalam sayembara tersebut, namun mereka menyamar sebagai kaum Brahmana. Pandawa ikut dalam sayembara tersebut untuk memenangkan lima macam sayembarayang  diberikan oleh raja Drupada. Dalam sayembara tersebut Yudistira berhasil memenangkan sayembara filsafat dan tatanegara, Arjunaberhasil memenangkan sayembara senjata Panah, Bima berhasil memenangkan sayembara Gada sedangkan Nakula dan Sadewa berhasil memenangkan sayembara menggunakan senjata pedang.
Pandawa berhasil melakukannya dengan baik dalam usaha untuk memenangkan sayembara tersebut. Berhubung para Pandawa bisa menyelesaikan sayembara tersebut, Drupadi harus bersedia menerima para Pandawa sebagai suami-suaminya kerena sesuai dengan janjinya, siapa saja yang bisa memenangkan sayembara yang sudah dibuatnyatersebut akan menjadi suaminya walaupun hal tersebut menyimpang dari keinginannya yang hanya menginginkanseorang kesatria saja.
Setelah kejadian tersebut,kerusuhan pun terjadi karena para peserta yang lain menggerutu, karena kaum Brahmana tak sepantasnya mengikuti sayembara tersebut. Namun para Pandawa berhasil meloloskan diri dan sesampainnya di rumah, mereka bilang kepada ibunya (Kunti) bahwa merekasudah datang dan membawa dan membawa hasil dari minta-minta. Akhirnya ibu Kunti menyuruh mereka untuk membagi hasil tersebut dengan rata semua saudaranya. Namun betapa terkejutnya ibu Kunti saat dia mengetahui bahwa anak-anaknya bukan hanya membawa hasil minta-minta, melainkan juga seorang wanita. Untuk menghindari terjadi pertempuran yang sengit antara Pandawa dan Kurawa, Kerajaan Kuru dibagi menjadi dua untuk Pandawa dan Kurawa.
Kurawa mendapat bagian untuk memerintah kerajaan Kuru pusat (induk) yang beribukota Hastinapura, sedangkan para Pandawa mendapat bagian untuk memerintah kerajaan Kurijanggala yang beribukota Indraprastha. Baik Hastinapura ataupun Indraprastha mempunyai istana yang sangat megah dan disana juga Duryudana tercebur kedalam sebuah kolam yang dia kira sebagai lantai, sehingga membuat dirinya menjadi bahan ejekan dari Drupadi. Hal tersebut yang akhirnya membuat Duryudana semakin marah kepada Pandawa.
Untuk merebut  kekeayaan dari kerajaan Kurujanggala yang dipimpin oleh Yudistira, Duryudana mengundang Yudistira untuk bermain Dadu, ide tersebut merupakan hasil pemikiran licik dari Arya Sengkuni. Saat permainan dadu berlangsung, Duryudana diwakili oleh pamannya (Sengkuni) sebagi bandar dadu yang mempunyai keahlian untuk berbuat curang. Permainan dadu tersebut diawali dengan taruhan senjata perang, akhirnya taruhan permainan dadu terus meningkat sehingga menjadi taruhan harta kerajaan, prajurit kerajaan pun juga ikut dipertaruhkandan ketika pada puncak permainan, kerajaan Kurujanggala menjadi taruhan, namun Pandawa kalah dalam permainan tersebut dan habislah semua harta mereka dan juga kerajaan Kurujanggala termasuk juga dengan saudara-saudaranya dan terakhir adalah istrinya Drupadi di jadikan sebagai taruhan.
Setelah kekalahan Yudistira dalam permainan dadu tersebut Drupadi diminta oleh Duryudana untuk hadir di area judi tersebut karena Drupadi sudah milik Duryudana. Akhirnya Duryudana menyuruh pengawalnya untuk menjemput Drupadi, tetapi Drupadi menolak hal tersebut. Mendengar bahwa pengawalnya gagal membawa Drupadi, Duryudana mengutus adiknya (Dursasana), untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak ajaka Dursasana untuk datang ke area judi, akhirnya diseret dengan kasar dan tanpa rasa kemanusiaan. Rambut Drupadi ditarik oleh Dursasana sampai ke area judi, dimana tempat suaminya berkumpul. Berhubung dia sudah kalah, akhirnya Yudistira dan semua adiknya diminta untuk melepaskan bajunya, tapi Drupadi menolak hal tersebut. Dursasana yang memiliki watak kasar, menarik kain yang dipakai oleh Drupadi.

Drupadi yang sangat malu dan tersinggung atas apa yang sudah dilakukan oleh Dursasana , ia bersumpah tak akan pernah menggelung rambutnya sebelum rambutnya dikramasi menggunakan darah dari Dursasana. Bimapun juga bersumpah, dia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Setelah Drupadi dan Bima mengucapkan sumpah tersebut, Drestarastra merasa akan ada malapetaka yang menimpa keturunannya, oleh karena itu dia mengembalikan semua harta Yudistira yang digunakan sebagai taruhan. Duryudana merasa kecewa pada ayahnya (Drestarastra) yang telah mengembalikan seluruh harta yang sebenarnya sudah menjadi milik dari Duryudana, akhirnya dia diminta untuk menyelenggarakan permainan dadu untuk kedua kalinya.
Dalam permainan yang kedua ini, siapa yanag kalah harus mengasingkan diri ke dalam hutan selama 12 tahun, setelah itu mereka harus menyamar selama 1 tahun, setelah itu baru boleh kembali ke kerajaan. Namun , dalam permainan dadu yangkedua ini Yudistira kalah lagi , kerena kekalahan tersebut. Dengan terpaksa Pandawa harus meninggalkan kerajaan Kurujanggala selama 12  tahun untuk hidup di dalam hutan di tambah dengan masa penyamaran selama 1 tahun.


Seperti itulah kisah Mahabharata, yang bisa saya tuliskan. semoga dapat menghibur dan memberi informasi dan wawasan bagi yang membaca. mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis, atau dalam cerita Mahabharata, saya juga Manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan dosa. Sekian dari saya Wassallam.

Adhy_Kts

0 komentar:

Post a Comment