Mengenal Tokoh Filosofo Jawa, Biografi R.M.P. Sosrokartono dan Kiprah Hidupnya.
Mungkin tak banyak yang tau tentang tokoh yang bernama
Sosrokartono tokoh yang bernama lengkap R.M.P Sosrokartono atau Raden Mas Panji
Sosro kartono ( lahir di pelemkerep, mayong, jepara 10 April 1877 – dan
meninggal di bandung, indonesia , 8 Februari 1952 di usia 74 tahun ).
Sebagai putra dari R.m.P Ario Sosrodiningrat R.M.P
Sosrokartono adalah kakak kandung dari R.A. Kartini yang memberi inspirasi bagi
tokoh emansipasi wanita. Semenjak kecil Sosrokartono telah menunjukkan
kepandaiannya, setelah tamat dari Europesche Lagere School di Jepara,
Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Selanjutnya pada
tahun 1989, Sosrokartono meneruskan sekolahnya
ke negeri Belanda dengan masuk di sekolah Teknik Tinggi Leiden, Namun
demikian, karena tidak cocok, ia pun pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan
Timur sehingga lulus dengan menggenggam gelar Doctorandus in de Oostersche
Talen dari perguruan tinggi Laiden.Beliau merupakan mahasiswa indonesia pertama
yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh
putera-putera indonesia lainya.
R.M.P Sosrokartono semasa hidupnya di kenal sebagai orang
Hindia Belanda yang pertama menjadi
wartawan saat pecah Perang Dunia I. Sosrokartono dalam hidupnya amat menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan atau lebih tepatnya menyadari sifat harkat
kemanusiannya.misal seperti ungkapan kalimat “Sugih Tanpa bandha , Digdaya
tanpa aji , Nglurug tanpa bala , Menang tanpa ngasorake.”
Bila di artikan dalam
bahasa indonesia seperti ini :
Sugih tanpa bandha –
Merasa kaya tanpa harta, kita mempunyai kekayaan yang lebih berharga daripada
harta, apa yang kita punya yang penting kita tetap menjaga kekayaan yang
diwariskan dalam diri kita dari lahir, yaitu hati dan pikiran.
Digdaya tanpa Aji – Digdaya tanpa kesaktian, Dengan hati dan
pikiran baik, secara tidak langsung membentuk perilaku yang baik pula.dari sana
orang akan menghargai dan segan dengan kita walaupun tak punya kelebihan.
Ngluruk tanpa bala – Melawan tanpa kawan, yang dimaksud
adalah melawan diri sendiri dan hawa nafsu, karena memang untuk melawan diri
sendiri tidak membutuhkan siapa-siapa , karena hanya kamu yang bisa melawan
dirimu sendiri.
Menang tanpa ngasorake – menang tanpa merendahkan, kita bisa
menjadi pemenang tanpa merendahkan siapa-siapa, karena dengan pribadi yang baik
orang berhadapan dengan kita sudah merasa rendah diri tanpa kita rendahkan.
Harry A.Poeze, dalam di Negeri Penjajah : Orang Indonesia di
Negeri Belanda, mencatatkan hikayat ini. Begini isi pidato yang sudah di
terjemahkan dalam bahasa indonesia :
“Bangkitlah hai Putera dan Puteri Jawa. Serbulah bukit ilmu
pengetahuan yang ada di depanmu. Sungguh jauh dari maksud saya untuk menjadikan
orang Belanda. Pertama-tama kamu harus menyadari bahwa kamu itu orang Jawa dan tetap orang Jawa. Kamu bisa saja
menguasai kemajuan orang eropa, tanpa mengorbankan kepribadianmu dan
sifat-sifatmu. Kamu harus menguasai bahasamu dan di samping itu Bahasa belanda,
tetapi untuk memperkaya.
Tanaman membutuhkan air dan udara untuk pertumbuhannya, ia
tidak berubah menjadi air atau udara , sedangkan ia tetap mengikuti jalan
pertumbuhannya sendiri. Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh
dari siapapun, yang berniat menjadikan kita orang eropa dan menginjak-injak
adat istiadat dan kebiasaan yang suci. Selama matahari dan Bulan bersinar,
mereka akan saya tantang”
Esensi dari pidato ini adalah tuntutan kepada belanda agar
memperhatikan pendidikan rakyat tanah jajahannya.
Ini adalah suluh perjuangan,
yang kita tahu bersama, kemudian banyak tokoh yang merengkuh pendidikan dari
Belanda kemudian menjadikan bekal pergerakan kemerdekaan.
Dalam Sosrokartono De javansche prins, Putra indonesia yang
besar menuliskan, sosrokartono juga turut ikut menyemai tunas kebangkitan
nasional. Pada 15 November 1908 bersama mahasiswa lain dari Hindia Belanda
mendirikan Indinesische Vereeniging, dan tahun 1924 menjadi Perhimpunan
Indonesia.”Saat Indinesische Vereeniging mengirimkan buku yang berisi sumbangan
pemikiran kepada Boedi Oetomo di Batavia, nama sosrokartono tercatat sebagi tim
redaksi penyusun buku (itu)” tulis hadi.
Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune,
di kota Wina, ibu kota Austria, membuka lowongan kerja untuk posisi wartawan
perang untuk meliputi Perang Dunia I.
Salah satu tes adalah menyingkat padatnya berita dalam bahasa Perancisyang
panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang dari 30 kata, dan
harus di tulis dalam 4 Bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan
Perancissendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono, putra bumi putera yang ikut
melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar
lainnya rata-rata lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga bisa di penuhi
oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih sebagai wartawan perang surat
kabar bergengsi Amerika The New York Herald Tribune.
Supaya pekerjaannya lancar, dia juga diberi pangkat Mayor
oleh Panglima Perang Amerika Serikat. RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli
banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah
nusantara. Sebelum ia menjadi wartawanthe New York Herald Tribune, ia bekerja
sebagai penerjemah di Wina. Di Wina ia di kenal dengan julukan Si Jenius dari
Timur. Dia juga bekerja sebagai wartawan beberapa surat kabardan majalah eropa.
Didalam buku “Memoir Drs Muhammad Hatta” diceritakan kalau RMPsosrokartono
mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia
dapat hidup mewah di eropa
Sosrokartono juga kerap mengirimi buku dan buletin kepada
adiknya Kartini. Buku kiriman Sosrokartono ini lah kelak menjadi pencerahan
bagi Kartini untuk mendobrak tradisi dan melahirkan emansipasi wanitan di
Nusantara.
Sebelum perang dunia I berakhir, pada bulan November 1918,
RMP Sosrokartono terpilih oleh Blok sekutu menjadi penerjemah tunggal, karena
ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syarat-syarat mereka yaitu ahli bahasa
dan Budaya Eropa dan juga bangsa Eropa. Dalam ‘Memoir’ tulisan Drs Muhammad
Hatta ditulis kalau RMP Sosrokarton juga
menguasai bahasa Basque, menjadi penerjemahpasukan sekutu kala melewati daerah
Suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika
perang dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara
pihak yang bertikai.
Dalam Sejara Dunia,Perundingan PerdamaianPerang Dunia I yang
resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis.ketika banyak wartawan yang
mencium adanya ‘’Perundingan Perdamaian rahasia’’ masih sibuk mencari indivasi,
koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil
perundingan tersebut. Penulisnya ‘’anonim’’ hanya menggunakan kode pengenall
‘’Bintang Tiga’’ . kode tersebut di kalangan perang Dunia I di kenal sebagai
kode dari wartawan Perang RMP Sosrokartono. Konon Tulisan itu menggemparkan
Amerika dan juga Eropa.
Sayangnya dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tidak ada
invansi mengenai hal ini, namun tak dapat disangkal lagi berita tulisan RMP
Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia
Perang Dunia I itu merupaka prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan
Perang. Tahun 1919 didirika Liga Bangsa-Bangsa (League Of Nation) atas prakarsa
presiden Amerika serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP
Sosrokartono, anak Bumiputera mampu menjabat sebagai penerjemah untuk semua
bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. Bahkan dia berhasil mengalahkan
Poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga
Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikata Bangsa-Bangsa (United
Nations Organization) pada tahun 1921.
Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase
Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda. Sampai suatu ketika terdengar
berita tentang sakitnya seorang anak berumur kurang lebih 12 tahun. Anak itu
adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras yang tak kunjung sembuh
meski sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan Hati yang penuh
dengan cinta kasih dan hasrat yang besat untuk meringankan penderitaan orang
lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit itu.
Sesampainya disana Beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu
danterjadilah sebuah keajaiban . tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai
membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di
sana terheran-heran, termasuk juga
dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkannya. Setelah itu ada ahli
Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnnya RMP Sosrokartono
mempunyai daya Pesononalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari
olehnya.
Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan
dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris
untuk Belajar Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi,
karena beliauadalah lulusan Sastra dan Bahasa, maka di sana hanya di terima
sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi itu secara kusus hanya
disediakan untuk mahasiswa lulusan medish dokter.
Beliau kecewa karena di sana beliau hanya dapat mengikuti
mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di
sela-sela hati yang yang digenggam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja
ke Tanah Air-nya . RMP Sosrokartono akhirnya pulang ke tanah air tahun 1925. Ia
kemudian menetap di kota Bandung. Dan mengabdi kepada masyarakat sebagai
seorang pandit di Wisma Dar Oes-Salam, Bandung sampai akhir hayatnya tanpa
memiliki istri dan anak pada 8 februari 1925.
Ada dua hal yang membuat Sosrokartono ingin kembali ke tanah
air. Yaitu dia rindu ibunya yang saat itu tinggal di salatiga beserta
adiknya.Serta yang kedua ingin mengunjungi kiai atau ahli kebatinan di satu
tempat di jombang atau mojokerto Jawa timur.
Adapun soal islamnya Sosrokartono, dari beberapa sumber,
Sosrokartono menerapkan Islam Kejawen, yaitu Islam yang disinkronkan dengan
ajarajaran Jawa. “yang jelas, itu tidak akan menyimpang kenapa? Karena supaya
Bangsa ini tetap punya identitas yang tetap harus di pegang”
Dosen STAIN Kudus Nur Said menambahkan, :
Sosok Sosrokartono amat layak ditiru, sebab Islam yang
dianut Sosrokartono adalah Islam dengan balutan budaya Jawa.
“Islam itu seperti air. Jadi perlu diwadahi, Budaya sebagai
wadahnya. Jika tidak diwadahi, ya akan berbahaya. Seperti adanya terorisme.”
Papar Nur Said Menurutnya, Sosrokartono tetap jadi orang Jawa.
“Pentingnyaidentitas sebagai wujud eksistensi. Dia sosok Jawanisasi Islam”
ungkapnya.
Terima kasih sudah membaca, semoga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua,
mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak pas
mohon di maklumi.
Sekian dan Terima kasih Salam saya :
Adhy_Kts
0 komentar:
Post a Comment