– Pada
kesempatan kali ini, saya akan membahas biografi tokoh paling berpengaruh di
Indonesia yaitu biografi Soekarno. Sampai saat ini bapak proklamator Indonesia
ini menjadi salah satu tokoh yang paling dikagumi di Indonesia dan bahkan oleh
negara asing.
Beliau merupakan pesohor di
Indonesia dengan isi pidato yang menginspirasi dan membakar semangat anak –
anak muda di masanya.
Bahkan sampai saat ini isi pidato bung karno masih saja disukai dan
dijadikan pembakar semangat generasi penerus setelahnya. Sebagai presiden,
Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara di dunia pada waktu itu.
Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama
asli Koesno Sosrodihardjo. Beliau merupakan anak yang berprestasi sejak kecil
bahkan Soekarno mampu menguasai begitu banyak bahasa sehingga dikenal dengan
kecerdasannya di mata dunia. Berikut biodata soekarno untuk Anda.
ü Nama lengkap :
Ir. Soekarno
ü Nama panggilan :
Bung Karno
ü Nama kecil : Kusno
ü Tempat, tanggal lahir : Blitar, 6 Juni 1901
ü Agama : Islam
ü Nama Isteri :
o
Siti Oetari ( 1921 – 1923 )
o
Inggit Ginarsih ( 1923 – 1942 )
o
Fatmawati 1942
o
Hartini 1953
o
Ratna Sari Dewi 1962
o
Hharyati ( 1963 – 1966 )
o
Yurike Sanger ( 1964 – 1966 )
o
Kartini Manoppo 1959
o
Heldy Djafar 1966
ü Nama Anak :
o
Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh (dari Fatmawati)
o
Taufan, Bayu (dari Hartini)
o
Kartika (dari Ratna Sari Dewi)
ü Pendidikan :
o
HIS di Surabaya
o
Hoogere Burger School (HBS)
o
Technische Hoogeschool (THS) di Bandung
ü Meninggal : 21 Juni 1970
ü Dimakamkan : Blitar, Jawa-Timur
Bung Karno adalah nama populer dari Soekarno. Lahir pada 6 Juni 1901 di
surabaya, Jawa Timur. Ketika Soekarno kecil, ia tidak tinggal bersama dengan
orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama dengan kakeknya yang
bernama Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bahkan
sempat mengenyam sekolah disana walau tidak sampai selesai, karena harus ikut
bersama dengan orang tuanya yang pada waktu itu pindah ke Mojokerto. Di
Mojokerto, Soekarno kemudian disekolahkan di Eerste Inlandse School dimana
ayahnya juga bekerja disitu sebagai guru. Akan tetapi kemudian ia dipindahkan
pada tahun 1911 ke ELS yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di
HBS yang ada di Surabaya. Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915,
Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS
Cokroaminoto yang merupakan sahabat dari ayah Soekarno. Darisanalah Soekarno
kenal dengan dunia perjuangan yang membuatnya menjadi pejuang sejati.
Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan
ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya
bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman
Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu,
sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka
telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, RadenHardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia
pindah ke Mojokerto, mengikuti
orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.Di Mojokerto, ayahnya memasukan
Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia
bekerja. Kemudian pada Juni 1911 Soekarno
dipindahkan ke Europeesche
Lagere School (ELS) untuk
memudahkannya diterima di Hogere Burger School (HBS). Pada
tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan
pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur.
Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S.
Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi
Soekarno di pondokan kediamannya Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu
dengan para pemimpin Sarekat Islam,
organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam
kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk sebagai
organisasi dari Budi Utomo. Nama
organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda
Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif
menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.
Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921,
bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB)
di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun
1921, setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar
kembali dan tamat pada tahun 1926. Soekarno
dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan
belas insinyurlainnya. Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada
saat itu menyatakan "Terutama penting peristiwa itu bagi kita
karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka
adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo, selain itu ada seorang lagi dari
Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang.
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji
Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib
Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo,
dan Dr. Douwes Dekker,
yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische
Partij.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal
sebagai arsitek alumni dari Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB)
di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926.
Pekerjaan
·
Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan
biro insinyur bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang bangun bangunan.
Selanjutnya bersama Ir. Rooseno juga
merancang dan membangun rumah-rumah dan jenis bangunan lainnya.
·
Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang beberapa
rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur
yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton
dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke
negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss.
Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia
secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka.
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia
terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu,
namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat
pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau
atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono,
dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural
juga dibuat melalui sayembara.
·
Gedung Conefo
·
Gedung Sarinah
·
Tugu Selamat Datang
·
Monumen Pembebasan Irian Barat
·
Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide
arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi
dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan
renovasi Masjidil Haramsecara
besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat
bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai
bertingkat untuk melakukan tawaf
·
Rancangan skema Tata Ruang Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun.
Masa pergerakan nasional
Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi
anggota Jong Java cabang Surabaya pada tahun
1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut yang Jawa-sentris dan hanya
memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan tersendiri. Dalam rapat pleno
tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya Soekarno menggemparkan sidang
dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa ngoko(kasar). Sebulan
kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan menganjurkan agar surat kabar
Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja, dan bukan dalam bahasa Belanda.[18]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club
(ASC)[note 5][20] di Bandung yang merupakan
hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[5] Organisasi ini menjadi cikal
bakal Partai Nasional
Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.[11] Aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkannya ditangkap Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia
dipindahkan ke Sukamiskin dan
di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember 1930 ia membacakan pledoinya yang
fenomenal Indonesia Menggugat,
hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung
dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno
kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933,
dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno
hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara
seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad
Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno
diasingkan ke Provinsi Bengkulu,
ia baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942–1945), pemerintah Jepang
sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk
"mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat
pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr.
Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan
sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-lain dalam setiap
organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk
Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI,
tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur,
dan lain-lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya
tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah
seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang
adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang
pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita
bekerja sama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan
kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di
antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan
Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk
untuk menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia
yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan
diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang
kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan
Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu
berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang
sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat
wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi
bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh
oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,
antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri
menjelang Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari
delapan orang (resmi), Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda
untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang
membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar
Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena di
Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah
menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh
menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan
lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan
Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan
bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya
wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945,
Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi
presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.
Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa
pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta akan
bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen.
Sir Phillip
Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia
secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden
Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya.
Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah
Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945
di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno
akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Presiden
Soekarno dan Nikita Khruschev dalam
sebuah pertemuan Kepala Negara
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan
Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single
executive). Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah
menjadi semi presidensiil atau double executive.
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana
Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil
presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai
politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih
demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi
kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam
menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta
saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda.
Meskipun sudah ada Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin
Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan
situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin
Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan
sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Kunjungan
Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F. Kennedy
Presiden
Soekarno, Presiden Osvaldo
Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevara, pada 9 Mei 1960, kunjungan
kenegaraan ke Havana, Kuba
Soekarno
berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, Tiongkok
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di
kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana
menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur
jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai,
bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga
ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas
pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan
Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di
dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai
hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada
tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di
Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung dikenal sebagai Ibu
Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang
ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran
akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan
dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya.
Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U
Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India)
ia mengadakan Konferensi Asia
Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak
negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih
banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena
ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat
atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika
yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam
dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu
dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald
Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (Tiongkok).
Masa marabahaya
Soekarno, Presiden Indonesia pertama,
sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan lebih dari satu kali,
Putrinya, Megawati
Soekarnoputri pernah menyebut angka 23. "Saya ingin
mengambil satu contoh konkrit, Presiden Soekarno itu mengalami percobaan
pembunuhan dari tingkat yang namanya baru rencana sampai eksekusi (sebanyak) 23
kali," tutur Mega pada Juli 2009.
Sementara itu, angka lebih kecil keluar dari mulut Sudarto
Danusubroto. Dia ajudan presiden pada masa-masa akhir kekuasaan
Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7 kali percobaan pembunuhan terhadap
Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa,
Kolonel Maulwi Saelan.
Namun bekas pengawal pribadinya, hanya mampu mengingat 7 kali upaya percobaan
pembunuhan.
Granat Cikini
Pada 30 November 1957,
Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat bersekolah
putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. Granat
tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas,
100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta
putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka
perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.
Penembakan Istana Presiden
Pada 9 Maret 1960,
Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari
tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Maukar
adalah Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar
menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja Soekarno.
Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin rapat di gedung
sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah ia mencoba membunuh Soekarno.
Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak Istana Presiden, dia sudah
memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di Istana – tanda presiden ada
di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar, harus mendekam di bui
selama 8 tahun.
Pencegatan Rajamandala
Pada April 1960, Perdana
Menteri Uni Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadakan kunjungan
kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan
Bali. Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala,
sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII melakukan
penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua
pemimpin dunia tersebut.
Granat Makassar
Pada 7 Januari 1962,
Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia akan menghadiri acara
di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati jalan Cendrawasih,
seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh mengenai mobil lain.
Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya
divonis hukuman mati.
Penembakan Idul Adha
Pada 14 Mei 1962, Bachrum
sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi duduk pada saf depan dalam
barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim. Begitu melihat Soekarno,
dia mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya, moncong lalu diarahkan ke
tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika tersadar, arah pun melenceng,
dan peluru meleset dari tubuh Soekarno, menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul
Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati, namun kemudian dia mendapatkan
grasi.
Penembakan mortir Kahar Muzakar
Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke
Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai,
sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung
Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat.
Granat Cimanggis
Pada Desember 1964,
Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju Jakarta. Rombongannya
membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang perlahan, mata Soekarno
sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di pinggir jalan. Perasaan
Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu melemparkan sebuah granat ke
arah mobil presiden. Beruntung, jarak pelemparannya sudah di luar jangkauan
mobil yang melaju. Soekarno pun selamat.
Upaya pembunuhan karakter
Presiden
Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi
bersama para artis ibukota pada Resepsi Peringatan HUT ke-21 Proklamasi
Kemerdekaan RI di Istana Bogor.
Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui
perpanjangtanganannya Central
Intelligence Agency melancarkan misi rahasia yang bertujuan
membunuh karakter dan kewibawaan Presiden Soekarno melalui agitasi dan
propaganda media popular via produksi film porno yang diperankan oleh pemeran
yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi
masyarakat internasional terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi
kaum Hawa tetapi tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat
langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi film porno Soekarno dengan
seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu," tulis
Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis
buku Portrait of a Cold Warrior. Kepala Kepolisian Los Angeles
sampai turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita
pirang yang cantik. Tak ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang
mirip Soekarno kemudian dikirim ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai
topeng Soekarno selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto
adegan biru tersebut.
Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet
to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957–1958, film porno itu
dikerjakan di studio Hollywood yang dioperasikan Bing Crosby dan saudaranya. Film ini
dimaksudkan sebagai bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno (diperankan pria
Chicano) mempermalukan diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan perempuan
pirang Kaukasia) yang menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. “Proyek
ini menghasilkan setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah
digunakan,” tulis William Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA
Interventions Since World War II.
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak
versi kenapa CIA batal menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai
kampanye hitam seperti itu tak mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada
mitos yang percaya jika seorang laki-laki "gagah" dan
"berkuasa", maka dirasa sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita,
terutama mengingat bahwa raja-raja di Nusantara pun dulu memiliki banyak istri
dan selir. Nasib akhir dari film yang berjudul Happy Days pada
akhirnya tak pernah dilaporkan.
Masa embargo negara Adi Kuasa
Zhou Enlai, Presiden Soekarno, dan Kawashima pada
saat Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada 19 April 1965.
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada
dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain.
Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri
yang diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan
embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan
blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence Pope,
agen Central
Intelligence Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar
penangkapan Allen Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan
menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan
ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi
tingkat tinggi antara John F. Kennedy dengan
Soekarno. Sementara Rusia menerapkan embargo militer terhadap Indonesia
karena genosida terhadap elemen kiri, orang Partai Komunis
Indonesia pada tahun 1965–1967. Indonesia sendiri terjepit
di antara geopolitik Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah
negara boneka Inggris, juga Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru
pada 9 Agustus 1965. Soekarno mengumumkan sikap konfrontatif terhadap
pembentukan negara federasi Malaysia pada Januari 1963. Sehingga pada 1964–1965
negara federasi Malaysia yang dideklarasikan 16 September 1963 tersebut
diembargo Soekarno. Singapura membuka keran kerja sama dan berusaha dengan
segala cara untuk mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah
diboikot dan diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura
akibat konfrontasi tersebut.
Masa keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah
enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang
dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau
G30S pada 1965. Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih
merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. Kemudian
massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi
Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekarno
menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama,
Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian
melemahkan posisinya dalam politik.
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah
Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno. Isi dari
surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan JenderalSoeharto untuk mengambil tindakan yang
perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi
presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat
menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian MPRS pun mengeluarkan
dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi
TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai
pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden
berhalangan.
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai
sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS. Pidato
tersebut berjudul "Nawaksara" dan
dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS
kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato
"Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun
kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani
Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan ditandatanganinya surat
tersebut maka Soeharto de facto menjadi
kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS
pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar
Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga
diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Sakit
hingga meninggal
Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, ia telah
dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah
menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan
1964. Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas
Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional. Ia bertahan selama 5 tahun sebelum
akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan
politik. Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang
dimiliki oleh Ratna Sari Dewi. Sebelum
dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh
Dokter Mahar Mardjono yang
merupakan anggota tim dokter kepresidenan. Tidak lama kemudian
dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar
Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:
1.
Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan
Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2.
Tanggal 21 Juni 1970 jam
03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir.
Soekarno meninggal dunia.
3.
Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan
kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan
di Istana Batu Tulis, Bogor,
namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman
Soekarno. Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun
1970. Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan
dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya. Upacara
pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai
inspektur upacara. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh
hari.
Peninggalan
Gelanggang
Olahraga Bung Karno pada 1962.
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno
pada 6 Juni 2001,
maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno". Prangko
yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri
Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik
Indonesia. Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan
potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan
gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an
terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal
Rp900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko
yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal
Rp1000. Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak
2,5 juta set oleh Perum Peruri. Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos
Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko,
empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung
Karno.
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh
Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008.
Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan
dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia,
Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada
tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan
penyelenggaraan Asian Games IV
tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks olahraga ini diubah
namanya menjadi Gelora Senayan.
Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada
nama awalnya yaitu Gelanggang
Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa
Bung Karno.
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di
antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan
Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk
membangun universitas dengan
pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati
Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie meresmikan Universitas Bung
Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation
and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk
mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun
nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh
delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan
Soekarnoputra, Bayu
Soekarnoputra, dan Kartika Sari
Dewi Soekarno. Pada tahun 2003,
Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta. Di
stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat"
yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno
menjadi presiden. Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai
cenderamata Soekarno dijual di stan tersebut. Di antaranya adalah kaus,
jam emas, koin emas, CD berisi
pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno.
Seseorang
yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan
Soekarno. Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon ArtileriPertahanan Udara Sedang. Ia
pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu
kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.Benda-benda
tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar
dalam register emas JM London, emas putih dengan
cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna
kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah. Selain itu terdapat
pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat
deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan
Bank Netherland. Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat
namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebutSumber. wikipedia google
0 komentar:
Post a Comment