Kisah
peperangan Bharatayudha
Ini adalah kelanjutan cerita kisah Mahabharatayang
sebelumnya saya posting, seperti yang kita ketahui Perang Bharatayudha adalah
pertempuran antara pihak Pandawa dan Kurawa. Pertempuran ini bisa dibilang
pertempuran habis-habisan, karena di dalam pertempuran ini banyak menelan
korban terutama Ksatria-Ksatria di pihak Pandawa dan Kurawa. Seperti halnya :
Dewabratha Bisma, Gatotkaca, Raja Salya, Adipati Karna, Durna, Raja Wirata,
Sengkuni, Aswatama, Abimanyu dan masih banyak lagi.
Berikut
adalah kisah Perang Bharatayudha
Setelah masa pengasingan yang mereka jalani selesai dan
sesuai dengan perjanjian yang sah yang dulu mereka sepakati dengan Duryudana,
bahwasanya Pandawa berhak untuk mengambil kembali kerajaan Kurujanggala yang
untuk sementara di pimpin oleh Duryudana. Namun Duryudana berlakau curang, dia
tak mau memberikan kembali kerajaan Kurujanggala kepada para Pandawa walaupun
hanya seluas ujung jarum. Hala tersebut yang akhirnya membuat kesabaran para
Pandawa habis atas semua prilakunya dari Duryudana. Sri Kresna sempat melakukan
mediasi kepada dua belah pihak untuk mengambil jalan damai, tetapi hal tersebut
hanya sia-sia belaka dan akhirnya, pertempuran Bharatayudha) yang besar tidak
bisa di hindari lagi.
Dalam upaya menyiapkan peperangan, para Pandawa mencari
sekutu dan meraka akhirnya mendapatkan bantuan pasukan dari kerajaan Kekaya,
kerajaan Pandya, kerajaan Matsya, kerajaan Kerala, kerajaan Chola, kerajaan
Dwaraka, kerajaan Magadha, kerajaan Wangsa Yadawa, kerajaan Pancala, dan masih
banyak lagi yang lainnya. Selain itu, para Kesatria besar dari Bharatawarsha
juga ikut serta membantu para Pandawa seperti Drupada, Drestadjumna, Setyaki,
Srikandi, Wirata, dan masih banyak yang lainnya.
Sedangkan Duryudana meminta kepada Bisma untuk memimpin para
pasukan Kurawa sekaligus menjadikannya sebagai panglima perang tertinggi
pasukan Kurawa. Selain itu, Kurawa juga di bantu oleh resi Dorna beserta
putrannya Aswatama, Jayadrata (kakak ipar Kurawa), guru Krepa, Salya,
Kertawarma, Sudaksina, Bahlika, Buriswara, Sengkuni, Karna dan masih banyak
yang lainnya.
Peperangan tersebut berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam
peperangan tersebut, banyakpara Ksatria yang gugur seperti Abimanyu,Bisma, Durna, Karna, Irawan,
Gatotkaca, Raja Wirata dan putranya, Susharma, Bhagadatta, Sengkuni, dan masih
banyak lagi. Selama peperangan berlangsungselama 18 hari tersebut dipenuhi
dengan pertumpahan darah dan pembantaian yang sangat mengenaskan.
Puncak kisah perang bharatayudha.
Adipati Karna menjadi panglima perang, setelah kematian Bhisma
yang agung, yang di hujani panah oleh Srikandi. Karna berhasil menewaskan
musuh. Yudhisthira minta agar Arjuna menahan serangan Karna. Arjuna menyuruh
Gatotkaca untuk menahan dengan ilmu sihirnya, Gatotkaca mengamuk Kurawa
laritunggang-langgang. Karna dengan berani melawan serangan Gatotkaca. Namun
Gatotkaca terbang ke Angkasa, Karna melayangkan panahnya dan mengenai dada
Gatotkaca, satria Pringgandani ini limbung dan jatuh menyambarkereta Karna,
tetapi Karna dapat menghindar dan melompat dari kereta. Gatotkaca mati di atas
kereta Karna. Para Pandawa berdukacita. Himbidi pamit kepada Drupadiuntuk
terjun ke perapianbersama jenazah anaknya.
Pertempuran terus berkobar,Drona berhasil membunuh tiga cucu
Drupada, kemudian membunuh Drupada, dan Raja Wirata. Maka Dratayumna membalas
kematian Drupada. Sri Kresna mengadakan tipu muslihat disebarkannyaberita,
bahwa Aswatama gugur, yudhistira dan Arjuna mencela sikap Kresna itu, kemudian
bima membunuh kuda yang bernama Aswatama, kemudian disebarkan berita kematian kuda
Aswatama. Mendengar kematian Aswatama Drona menjadi gusar, lalu pingsan
Dhartayumna berhasil memenggal leher Drona, Kemudian Aswatama membela kematian
ayahnya, lalu mengamuk dengan menghujankan panah Narayana. Arjuna sedih atas
kematian gurunya akibat perbuatan yang licik. Arjuna tidak bersedia melawan
Aswatama, tetapi Bima tidak merasakan kematian Drona, Dratayumna dan Satyaki
saling bertengkar mengenai usaha perlawanan terhadap Awatama, Kresna dan
Yudhistira menenangkan mereka. Pandawa diminta berhenti berperang, tetapi Bima
ingi melanjutkan pertempuran, dan maju ke medan perang untuk mencari lawan,
terutama ingin menghajar Aswatama. Putra Drona ini lari dan sembinyi ke
pertapaan. Lalu Karna di angkat menjadi Panglima Perang. Banyak perwira Kurawa
yang memihak kepada Pandawa.
Pada waktu tengah malam, Yudhistirameninggalkan kemah
bersama saudara-saudaranya, mereka Khidmat menghormatkematian sang Guru Drona,
dan menghadap Bhisma yang belum meninggal dan masih terbaring di atas anak
panah yang menompang tubuhnya. Bhisma memberi nasehat agar Pandawa melanjutkan
pertempuran, dan memberi tahu bahwa Kurawa telah ditakdirkan untuk kalah.
Pandawa melanjutkan pertempuran melawan Kurawa yang di
pimpin oleh Karna, Karna meminta agar Raja Salya mengusiri kereta untuk menyerang
Kresna dan Arjuna. Salya sebenarnya tidak bersedia, tetapi akhirnya mau asal
Karna merututi perintahnya. Pertempuran berlangsung hebat, disertai caci-maki
dari kedua belah pihak. Bhima bergulat dengan Dhuryudana, kemudian menarik diri
dari pertempuran, Dursasana dibunuh oleh Bhima sebagai pembalasan telah
menghina Drupadi, lalu darah Dursasana diminumnya.
Arjuna perang melawan Karna, Naga raksasa bernama
Andrawalika musuh Arjuna, ingin membantu karna untuk menembus Arjuna. Ketika
hendak disambar panah, kereta yang di kusiri Kresna dirundukkan, sehingga
Arjuna hanya terserempet mahkota kepalanya. Naga Andrawalika itu ditewaskanoleh
panah Arjunaketika Karna mempersiapkan anak panahyang luar biasa saktinya.
Arjuna telah lebih dulumeluncurkan panah Saktinya, dan tewaslah Karna oleh
panah Arjuna.
Dhuryudana menjadi cemas, lalu meminta agar
sangkunimelakukan tipu muslihat. Sangkuni tidak bersedia karena waktu telah
habis. Disusulkannya agar Salya jadi panglima tinggi. Sebenarnnya Salya tidak
bersedia, ia mengusulkan agar mengadakan perundingan Pandawa, lalu Aswatama
menuduh Salya sebagai penghianat, dan menyebabkan kematian Karna. Tuduhan itu
menyebabkan mereka berselisih, tetapi dilera oleh saudara-saudaranya. Aswatama
tidak bersedia membantu perang lagi, kemudian Salya terpaksa mau jadi panglima
perang. Nakula di suruh kresna untuk menemui Salya, dan minta agar Salya tidak
ikut berperang. Nakula meminta untuk di bunuh daripada harus perperang melawan
orang yang di hormatinnya, Salya menjawab, bahwa ia harus menepati janji kepada
Dhuryudana, dan melakukan Darma Ksatria. Salya menyerahkan kematiannya kepada
Nakula dan agar di bunuh menggunakan senjata Yudhistira yang bernama Pustaka,
agar dapat mencapai Surga Rudra. Nakula kembali dengan sedih.
Kemudian Salya menemui Satyawati, pamit maju ke medan
perang, istri Salya sangat sedih dan mengira bahwa suaminya akan gugur di medan
perang, lalu Satyawati ingin bunuh diri, ingin mati sebelum suaminya meninggal,
Salya mencegahnya. Malam hari itu merupakan malam terakhir sebagai malam
perpisahan, Pada waktu fajar salya meninggalkan Satyawati tanpa pamit dan di
potongnya kain alas tidur istrinya dengan Keris. Kemudian Salya memimpin
pasukan Kurawa. Amukan Bhima dan Arjunasulit untuk di lawannya, Salya
menghujankan anak panahnya yang bernama Rudrarosa Kresna menyuruh agar Pandawa
menyingkir. Yudhistira disuruh menghadap Salya, Yudhistira tidak bersedia harus
melawan Pamannya. Lalu Kresna menyadarkan dan menasehati Yudhistira. Yudhistira disuruh menggunakan
Kalimahoshada, kitab suci untuk melawan Salya. Salya mati oleh Kalimahoshada
yang telah berubah menjadi pedang yang bernyala-nyala. Kematian Salya di ikuti
oleh kematian Sangkuni oleh Bhima. Berita kematian Salya sampai kepada
Satyawati, kemudian Satyawati menuju medan perang, mencari jenazah suaminya.
Setelah di temukan, Satyawati bunuh diri diatas bangkai suaminya.
Duryudhana melarikan diri dari medan perang, lalu
bersembunyi di sebuah sungai. Bhima dapat menemukan Duryudhana yang sedang
bertapa Duryudhana dikatakan pengecut. Duryudhana sakit hati lalu bangkit melawannya, Bhima di
ajak berperang dengan Ghada, lalu terjadilah perkelahian hebat, Baladewa
yangsedsng berziarah ke tempat-tempat suci diberi tahu oleh Narada tentang peristiwa
peperangan di Hastina, Kresna menyuruh Arjuna agar Bhima di beri isyarat untuk
memukul paha Duryudhana. Terbayarlah kaul Bhimaketika hendak menghancurkan
Duryudhana dalam perang Bharatayhuda. Baladewa yang menyaksikan pergulatan
antara Bhima dan Duryudhana menjadi marah, karena Pandawa dianggap tidak jujur,
lalu akan membunuh Bhima, tetapi maksud Baladewa dapat dicegah, dan redalah
kemarahan Baladewa.
Pandawa kembali ke perkemahan untuk merayakan hasil
kemenangan peperangan. Kresna sedih memikirkan kutukan Duryudhana bahwa Pandawa
akan tertindas sebelum kematiannya, oleh karena itu para Pandawa disuruh segera
menyelamatkan diri masuk ke dalam kemah, dan pada malam hari supaya menebus
dosa-dosanya dengan memuja ke tempat suci.
Pada malam hari Aswatama berusaha membalas kematian ayah dan
para Kurawa, dalam malam gelap itu Aswatama berhasil membunuh lima anak Drupadi
yaitu Pancala dan beberapa anak laki-laki. Para Pandawa yang datang ke kemah
menemukan wanita yang dilanda kesedihan, Drupadi patah hati. Kresna datang
menghiburnya. Demikian Wiyasa yang telah tiada muncul memberi nasehat
kepadanya. Drupada akan membalas kejahatan Aswatama, ia meminta Pandawa membawa
mutiara yang menghias di dahi Aswatama, para Pandawa mencari Aswatama, setelah
bertemu Aswatama akan di bunuh dengan Ghada Aswatama mengangkat panah
Brahmasirah yang amat sakti, Arjuna pun mengangkat panah saktinyanamun Sang
Hyang Siwa menyuruh agar mereka menarik panah saktinya, anak panah Aswatama
lepas mengenai anak Utari yang masih dalam kandungan. Bayi dalam kandungan lalu
di hudupkan oleh Kresna, setelah dewasa bayi itu akan menjadi raja dengan nama
Perikesit. Drupadi menerima mutiara, lalu diberikan kepada Yudhistira, kemudian
Yudhistira menjadi raja di Indraprasta.
Pada akhir perang yaitu hari ke 18 , hanya ada sepuluh
ksatria yang tersisa dari peperangan tersebut, mereka adalah : Para Pandawa,
Aswatama, Setyaki, Yuyutsu, Krepa, dan Kertawarma. Setelah perang besar tesebut
berakhir, Yudistira diangkat sebagai Raja dari Hastinapura. Setelah Yudistira
memerintah Hastinapura selama beberapa tahun, akhirnya dia menyerahkan tahta
tersebut kepada cucu Arjuna yaitu Parikesit.
Kemudian, Yudistira dengan semua saudaranya (Pandawa)
beserta Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir dari perjalanan
mereka. Di sanalah mereka meninggal dunia dan mencapai surga.
Sedangkan Perikesit yang sedang memerintah kerajaan Kuru,
dia memimpinnya dengan sangat adil dan bijaksana. Dia menikahi Dewi Madrawati
dan di karuniai seorang putra yang bernama Janamejaya. Janamejayakemudian
menikah dengan Wapushtama (Bhamustiman) dan di karuniai seorang putra yang
bernama Santanika. Sedangkan Santanika memiliki putra yang bernama
Aswamedhatatta. Kemudian Aswamedhatta dan semua keturunannya melanjutkan
memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
Begitulah akhir dari kisah peperangan Bharatayhuda antara
Pandawa dan Kurawa, semoga kalian menikmati nya, dan semoga yang membaca
artikel ini mendapatkan hidayah yang berlimpah dari Tuhan yang maha Kuasa,
amiin.
Saya Adhy_kts semoga kalian terhibur dan menambah wawasan
dan pengetahuan kalian. Wassalaam..
Adhy_Kts
Ini nih yg sy cari, "barathayuda"
ReplyDeletemakasih gan. boleh di share kepada temen'' agan.
ReplyDelete