sponsor

Monday, January 7, 2019

Kisah Perang Baratayuda Mahabharata


Kisah peperangan Bharatayudha

Ini adalah kelanjutan cerita kisah Mahabharatayang sebelumnya saya posting, seperti yang kita ketahui Perang Bharatayudha adalah pertempuran antara pihak Pandawa dan Kurawa. Pertempuran ini bisa dibilang pertempuran habis-habisan, karena di dalam pertempuran ini banyak menelan korban terutama Ksatria-Ksatria di pihak Pandawa dan Kurawa. Seperti halnya : Dewabratha Bisma, Gatotkaca, Raja Salya, Adipati Karna, Durna, Raja Wirata, Sengkuni, Aswatama, Abimanyu dan masih banyak lagi.



Berikut adalah kisah Perang Bharatayudha

Setelah masa pengasingan yang mereka jalani selesai dan sesuai dengan perjanjian yang sah yang dulu mereka sepakati dengan Duryudana, bahwasanya Pandawa berhak untuk mengambil kembali kerajaan Kurujanggala yang untuk sementara di pimpin oleh Duryudana. Namun Duryudana berlakau curang, dia tak mau memberikan kembali kerajaan Kurujanggala kepada para Pandawa walaupun hanya seluas ujung jarum. Hala tersebut yang akhirnya membuat kesabaran para Pandawa habis atas semua prilakunya dari Duryudana. Sri Kresna sempat melakukan mediasi kepada dua belah pihak untuk mengambil jalan damai, tetapi hal tersebut hanya sia-sia belaka dan akhirnya, pertempuran Bharatayudha) yang besar tidak bisa di hindari lagi.
Dalam upaya menyiapkan peperangan, para Pandawa mencari sekutu dan meraka akhirnya mendapatkan bantuan pasukan dari kerajaan Kekaya, kerajaan Pandya, kerajaan Matsya, kerajaan Kerala, kerajaan Chola, kerajaan Dwaraka, kerajaan Magadha, kerajaan Wangsa Yadawa, kerajaan Pancala, dan masih banyak lagi yang lainnya. Selain itu, para Kesatria besar dari Bharatawarsha juga ikut serta membantu para Pandawa seperti Drupada, Drestadjumna, Setyaki, Srikandi, Wirata, dan masih banyak yang lainnya.
Sedangkan Duryudana meminta kepada Bisma untuk memimpin para pasukan Kurawa sekaligus menjadikannya sebagai panglima perang tertinggi pasukan Kurawa. Selain itu, Kurawa juga di bantu oleh resi Dorna beserta putrannya Aswatama, Jayadrata (kakak ipar Kurawa), guru Krepa, Salya, Kertawarma, Sudaksina, Bahlika, Buriswara, Sengkuni, Karna dan masih banyak yang lainnya.
Peperangan tersebut berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam peperangan tersebut, banyakpara Ksatria yang gugur seperti  Abimanyu,Bisma, Durna, Karna, Irawan, Gatotkaca, Raja Wirata dan putranya, Susharma, Bhagadatta, Sengkuni, dan masih banyak lagi. Selama peperangan berlangsungselama 18 hari tersebut dipenuhi dengan pertumpahan darah dan pembantaian yang sangat mengenaskan.

Puncak kisah perang bharatayudha.

Adipati Karna menjadi panglima perang, setelah kematian Bhisma yang agung, yang di hujani panah oleh Srikandi. Karna berhasil menewaskan musuh. Yudhisthira minta agar Arjuna menahan serangan Karna. Arjuna menyuruh Gatotkaca untuk menahan dengan ilmu sihirnya, Gatotkaca mengamuk Kurawa laritunggang-langgang. Karna dengan berani melawan serangan Gatotkaca. Namun Gatotkaca terbang ke Angkasa, Karna melayangkan panahnya dan mengenai dada Gatotkaca, satria Pringgandani ini limbung dan jatuh menyambarkereta Karna, tetapi Karna dapat menghindar dan melompat dari kereta. Gatotkaca mati di atas kereta Karna. Para Pandawa berdukacita. Himbidi pamit kepada Drupadiuntuk terjun ke perapianbersama jenazah anaknya.


Pertempuran terus berkobar,Drona berhasil membunuh tiga cucu Drupada, kemudian membunuh Drupada, dan Raja Wirata. Maka Dratayumna membalas kematian Drupada. Sri Kresna mengadakan tipu muslihat disebarkannyaberita, bahwa Aswatama gugur, yudhistira dan Arjuna mencela sikap Kresna itu, kemudian bima membunuh kuda yang bernama Aswatama, kemudian disebarkan berita kematian kuda Aswatama. Mendengar kematian Aswatama Drona menjadi gusar, lalu pingsan Dhartayumna berhasil memenggal leher Drona, Kemudian Aswatama membela kematian ayahnya, lalu mengamuk dengan menghujankan panah Narayana. Arjuna sedih atas kematian gurunya akibat perbuatan yang licik. Arjuna tidak bersedia melawan Aswatama, tetapi Bima tidak merasakan kematian Drona, Dratayumna dan Satyaki saling bertengkar mengenai usaha perlawanan terhadap Awatama, Kresna dan Yudhistira menenangkan mereka. Pandawa diminta berhenti berperang, tetapi Bima ingi melanjutkan pertempuran, dan maju ke medan perang untuk mencari lawan, terutama ingin menghajar Aswatama. Putra Drona ini lari dan sembinyi ke pertapaan. Lalu Karna di angkat menjadi Panglima Perang. Banyak perwira Kurawa yang memihak kepada Pandawa.
Pada waktu tengah malam, Yudhistirameninggalkan kemah bersama saudara-saudaranya, mereka Khidmat menghormatkematian sang Guru Drona, dan menghadap Bhisma yang belum meninggal dan masih terbaring di atas anak panah yang menompang tubuhnya. Bhisma memberi nasehat agar Pandawa melanjutkan pertempuran, dan memberi tahu bahwa Kurawa telah ditakdirkan untuk kalah.
Pandawa melanjutkan pertempuran melawan Kurawa yang di pimpin oleh Karna, Karna meminta agar Raja Salya mengusiri kereta untuk menyerang Kresna dan Arjuna. Salya sebenarnya tidak bersedia, tetapi akhirnya mau asal Karna merututi perintahnya. Pertempuran berlangsung hebat, disertai caci-maki dari kedua belah pihak. Bhima bergulat dengan Dhuryudana, kemudian menarik diri dari pertempuran, Dursasana dibunuh oleh Bhima sebagai pembalasan telah menghina Drupadi, lalu darah Dursasana diminumnya.


Arjuna perang melawan Karna, Naga raksasa bernama Andrawalika musuh Arjuna, ingin membantu karna untuk menembus Arjuna. Ketika hendak disambar panah, kereta yang di kusiri Kresna dirundukkan, sehingga Arjuna hanya terserempet mahkota kepalanya. Naga Andrawalika itu ditewaskanoleh panah Arjunaketika Karna mempersiapkan anak panahyang luar biasa saktinya. Arjuna telah lebih dulumeluncurkan panah Saktinya, dan tewaslah Karna oleh panah Arjuna.
Dhuryudana menjadi cemas, lalu meminta agar sangkunimelakukan tipu muslihat. Sangkuni tidak bersedia karena waktu telah habis. Disusulkannya agar Salya jadi panglima tinggi. Sebenarnnya Salya tidak bersedia, ia mengusulkan agar mengadakan perundingan Pandawa, lalu Aswatama menuduh Salya sebagai penghianat, dan menyebabkan kematian Karna. Tuduhan itu menyebabkan mereka berselisih, tetapi dilera oleh saudara-saudaranya. Aswatama tidak bersedia membantu perang lagi, kemudian Salya terpaksa mau jadi panglima perang. Nakula di suruh kresna untuk menemui Salya, dan minta agar Salya tidak ikut berperang. Nakula meminta untuk di bunuh daripada harus perperang melawan orang yang di hormatinnya, Salya menjawab, bahwa ia harus menepati janji kepada Dhuryudana, dan melakukan Darma Ksatria. Salya menyerahkan kematiannya kepada Nakula dan agar di bunuh menggunakan senjata Yudhistira yang bernama Pustaka, agar dapat mencapai Surga Rudra. Nakula kembali dengan sedih.
Kemudian Salya menemui Satyawati, pamit maju ke medan perang, istri Salya sangat sedih dan mengira bahwa suaminya akan gugur di medan perang, lalu Satyawati ingin bunuh diri, ingin mati sebelum suaminya meninggal, Salya mencegahnya. Malam hari itu merupakan malam terakhir sebagai malam perpisahan, Pada waktu fajar salya meninggalkan Satyawati tanpa pamit dan di potongnya kain alas tidur istrinya dengan Keris. Kemudian Salya memimpin pasukan Kurawa. Amukan Bhima dan Arjunasulit untuk di lawannya, Salya menghujankan anak panahnya yang bernama Rudrarosa Kresna menyuruh agar Pandawa menyingkir. Yudhistira disuruh menghadap Salya, Yudhistira tidak bersedia harus melawan Pamannya. Lalu Kresna menyadarkan dan menasehati  Yudhistira. Yudhistira disuruh menggunakan Kalimahoshada, kitab suci untuk melawan Salya. Salya mati oleh Kalimahoshada yang telah berubah menjadi pedang yang bernyala-nyala. Kematian Salya di ikuti oleh kematian Sangkuni oleh Bhima. Berita kematian Salya sampai kepada Satyawati, kemudian Satyawati menuju medan perang, mencari jenazah suaminya. Setelah di temukan, Satyawati bunuh diri diatas bangkai suaminya.
Duryudhana melarikan diri dari medan perang, lalu bersembunyi di sebuah sungai. Bhima dapat menemukan Duryudhana yang sedang bertapa Duryudhana dikatakan pengecut. Duryudhana  sakit hati lalu bangkit melawannya, Bhima di ajak berperang dengan Ghada, lalu terjadilah perkelahian hebat, Baladewa yangsedsng berziarah ke tempat-tempat suci diberi tahu oleh Narada tentang peristiwa peperangan di Hastina, Kresna menyuruh Arjuna agar Bhima di beri isyarat untuk memukul paha Duryudhana. Terbayarlah kaul Bhimaketika hendak menghancurkan Duryudhana dalam perang Bharatayhuda. Baladewa yang menyaksikan pergulatan antara Bhima dan Duryudhana menjadi marah, karena Pandawa dianggap tidak jujur, lalu akan membunuh Bhima, tetapi maksud Baladewa dapat dicegah, dan redalah kemarahan Baladewa.
Pandawa kembali ke perkemahan untuk merayakan hasil kemenangan peperangan. Kresna sedih memikirkan kutukan Duryudhana bahwa Pandawa akan tertindas sebelum kematiannya, oleh karena itu para Pandawa disuruh segera menyelamatkan diri masuk ke dalam kemah, dan pada malam hari supaya menebus dosa-dosanya dengan memuja ke tempat suci.
Pada malam hari Aswatama berusaha membalas kematian ayah dan para Kurawa, dalam malam gelap itu Aswatama berhasil membunuh lima anak Drupadi yaitu Pancala dan beberapa anak laki-laki. Para Pandawa yang datang ke kemah menemukan wanita yang dilanda kesedihan, Drupadi patah hati. Kresna datang menghiburnya. Demikian Wiyasa yang telah tiada muncul memberi nasehat kepadanya. Drupada akan membalas kejahatan Aswatama, ia meminta Pandawa membawa mutiara yang menghias di dahi Aswatama, para Pandawa mencari Aswatama, setelah bertemu Aswatama akan di bunuh dengan Ghada Aswatama mengangkat panah Brahmasirah yang amat sakti, Arjuna pun mengangkat panah saktinyanamun Sang Hyang Siwa menyuruh agar mereka menarik panah saktinya, anak panah Aswatama lepas mengenai anak Utari yang masih dalam kandungan. Bayi dalam kandungan lalu di hudupkan oleh Kresna, setelah dewasa bayi itu akan menjadi raja dengan nama Perikesit. Drupadi menerima mutiara, lalu diberikan kepada Yudhistira, kemudian Yudhistira menjadi raja di Indraprasta.

Pada akhir perang yaitu hari ke 18 , hanya ada sepuluh ksatria yang tersisa dari peperangan tersebut, mereka adalah : Para Pandawa, Aswatama, Setyaki, Yuyutsu, Krepa, dan Kertawarma. Setelah perang besar tesebut berakhir, Yudistira diangkat sebagai Raja dari Hastinapura. Setelah Yudistira memerintah Hastinapura selama beberapa tahun, akhirnya dia menyerahkan tahta tersebut kepada cucu Arjuna yaitu Parikesit.
Kemudian, Yudistira dengan semua saudaranya (Pandawa) beserta Drupadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir dari perjalanan mereka. Di sanalah mereka meninggal dunia dan mencapai surga.
Sedangkan Perikesit yang sedang memerintah kerajaan Kuru, dia memimpinnya dengan sangat adil dan bijaksana. Dia menikahi Dewi Madrawati dan di karuniai seorang putra yang bernama Janamejaya. Janamejayakemudian menikah dengan Wapushtama (Bhamustiman) dan di karuniai seorang putra yang bernama Santanika. Sedangkan Santanika memiliki putra yang bernama Aswamedhatatta. Kemudian Aswamedhatta dan semua keturunannya melanjutkan memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
Begitulah akhir dari kisah peperangan Bharatayhuda antara Pandawa dan Kurawa, semoga kalian menikmati nya, dan semoga yang membaca artikel ini mendapatkan hidayah yang berlimpah dari Tuhan yang maha Kuasa, amiin.

Saya Adhy_kts semoga kalian terhibur dan menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Wassalaam..

Adhy_Kts

2 comments: