Ajaran adiluhung Sorokartono
Beliau adalah sosok yang mendapat julukan ‘julukan
Pangeran Jawa’. Secara silsilah kesultanan jawa Beliau memang seorang Pangeran,
karena Beliau adalah anak dari R.M.P Ario Sosrodiningrat (bupati Demak) dan
kaka kandung dari R.A Kartini. Beliau juga di kenal sebagai pejuangbagi bangsa
Indonesia pada masa Hindia Belanda beliau fasih dalam beberapa bahasa tercatat
sebanyak 9 Bahasa dari timur dan 17 Bahasa barat yang di kuasainya. Beliau juga
merupakan Filsuf dari Jawa, karena di kenal dengan kata-katanya yang bisa di
katakan menginspirasi banyak orang.
Baca juga Biografi Sosrokartono
Berikut adalah kata-kata Sosrokartono :
Murid, gurune pribadi
Guru, muride pribadi
Pamulangane, sengsarane sesami
Ganjarane, ayu lan arume sesami.
Artinya : Apabila kita jadi Murid maka
gurunya adalah diri sendirii. Apabila menjadi Guru, maka muridnya adalah diri
sendiri. Mata pelajarannya, adalah penderitaan sesama manusia. Balasannya,
berupa kebaikan dan keharuman sesama manusia (humanism).
Ajaran semacam ini sekarang disebut dengan “kamanunggalan” atau kesatuan semesta
alam atau oneness atau jumbuhing kawula lan Gusti.
Ikhlas marang apa sing wis kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.
Artinya : Kita harus Ikhlas terhadap apa yang
telah terjadi. Menerima apa yang sedang dijalani. dan Berserah diri (Pasrah)
terhadap apapun yang akan terjadi. Ajaran semacam ini sekarang disebut Tawakal atau Total
surrender.
” Ing donya mung kebak kangelan,
sing ora gelem kangelan aja ing donya. “
” Di dunia penuh dengan kesusahan, yang
tidak mau susah jangan di dunia. “
Artinya : memang
di dunia ini banyak ujian dan cobaan yang terasa sangat sulit, maka dari itu
kita harus berserah diri dan selalu berdoa kepada yang maha Kuasa, agar selalu
di beri kemudahan dalam menjalani hidup.
“.Kula badhe nyobi
prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani.”
'' Saya akan mencoba identitas seorang
lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani '' “Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi
nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun
sesami.”
Artinya : seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun, takutlah hanya kepada orang tuamu dan tuhan yang
Maha Esa.
“Yen kapergok aja mlayu.”
Artinya : dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. Bertanggung
jawablah atas perbuatanmu sendiri.
“Ajinipun
inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti.”
Artinya : tak perlu mempelajari
ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan
selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan.
“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin
kamantepan, njajagi gayuhanipun budi.”
Artinya : di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu
mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh
mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani
pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.
“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane
tiyang katah.”
Artinya : harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi
oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.
“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”
Artinya : janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan
harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).
“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting
kekuatane.”
Artinya : kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan
bobotnya kekuatan harus dimiliki.
“Dede tekad
pamrih, nanging tekad asih.”
Artinya : berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih. Tekat asih yaitu tekad yang berdasarkan kasih sayang dari hati. Sedangkan tekat
Pamrih yaitu tekad berdasarkan kemauan,
“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun
satunggal, inggih punika : “maksudipun”.
Artinya : orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat. Jika kita sudah niat maka apapun kita akan lakukan.
“Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan
ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi “ngeker ancas
lan tujuning lampah”.
Artinya : barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang
dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan
niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas,
niat seseorang dapat berubah.
“Nulung pepadhane, ora nganggo mikir
wayah, wadhuk, kanthong.
Yen ana isi lumuntur marang sesami.”
Artinya : Menolong sesama, tidak perlu memakai
pikiran waktu, perut, saku. Jika (saku) berisi mengalir kepada sesama.
Dengan demikian, maksud dari “Ilmu Kanthong
Bolong” adalah sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu
kosong, yang secara pasti tempat itu tak pernah membiarkan sesuatu yang
dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di
sana selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.
“Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, sak
mangsa-mangsa, sak wanci-wanci.”
Artinya : menolong orang itu
dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu, kapan saja.
“Sugih tanpa
bandha.
Digdaya tanpa hadji.
Ngalurug tanpa bala.
Menang tanpa ngasoraken.”
Artinya, “Kaya tanpa harta. Sakti tanpa
azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa merendahkan.”
Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini tidak
mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang melarat, miskin, tak punya
harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi sesungguhnya, kembali pada penjelasan
bahwa orang kaya itu bukanlah karena banyak harta bendanya, melainkan orang
kaya itu adalah orang yang kaya hatinya, yang kaya mentalnya.
“Puji kula mboten sanes namung
sugih-sugeng-seneng-ipun sesami.”
Artinya : si miskin akan akan tetap jadi miskin atau makin miskin karena
bermental miskin. Bukankah orang kaya itu orang yang sudah tak lagi membutuhkan
sesuatu, karena semuanya telah terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda
sudah merasa cukup dengan apa yang anda dapatkan di dunia ini, maka andalah
orang kaya itu. Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta, tapi anda masih
menginginkan dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda bukanlah
orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum tercukupi.
“Ajinipun
inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun
Gusti.”
Artinya : “Ajiannya tidak lain hanyalah ajian tekad,
ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadlan Tuhan.”
Perbuatan taat dan meninggalkan maksiat
itulah sumber energi yang dapat membuat seseorang sakti mandraguna, disamping
kemampuan diri mengekang gejolak syahwat dan dari perintah nafsu yang buruk.
Rumusan beliau “Digdaya tanpa Aji” ada pada
tiga tahapan, yaitu :
Tekad
Tekad
adalah sifat yang merujuk pada semangat dan keberanian diri dalam menghadapi
segala masalah, seperti rekayasa hidup, fitnah dan bujukan dunia. Tekad ada karena ada niat, sementara segala sesuatu itu tergantung
pada niatnya. Jika niatnya itu baik, maka baiklah jadinya. Selain itu, dengan
tekad manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tekad bukan berarti spekulasi
miring, tapi lebih mengarah pada sikap tidak takut pada apapun dan siapapun, sehingga
hasil yang dicapaipun menjadi maksimal. Tekad dapat dijadikan senjata, yakni
senjata psikis dalam menghadapi setiap masalah. Oleh karena itu tekad dapat
dijadikan ajian, azimat pamungkas dalam segala urusan. Untuk mendapatkan “aji
tekad” tidak perlu melakukan laku (tirakat), tidak pula belajar ilmu kanuragan
dahulu, tetapi “aji tekad” dapat diperoleh dengan menanam keberanian,
kepasrahan, keadilan dan niat yang baik dalam diri.
Pasrah
Ilmu
pasrah dapat juga disebut ilmu tawakal. Memasrahkan
diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Ilmu tawakal ini bisa diperoleh dengan
menanamkan pemahaman dalam diri bahwa tak ada kuasa dan daya selain kuasa dan
daya Tuhan Yang Maha Agung. Hidup dan mati itu urusan Tuhan, sukses dan gagal
atas kehendak Tuhan. karena Dialah sebaik-baiknya Wakil. Pasrahkan jiwa dan
raga kepada-Nya; Dibalik tawakkal ada keselamatan, karena ketika manusia telah
menyerahkan hidup-matinya, segala urusannya kepada Yang Maha Esa.
Keadilan
Keadilan
disini adalah lafal, kata/tanda yang disandarkan kepada Tuhan. Keadilan ini
sulit didapat dan sulit dipraktekkan, kaena keadilan adalah puncak dari
kebaikan. Ketika manusia tak dapat berbuat adil,
maka Tuhanlah yang akan memberikan keadilan. Keadilan Tuhan ini sangat
menakutkan, karena Yang Maha Adil itu takkan memandang siapa yang akan diadili,
sehingga keadilan benar-benar ditegakkan.
“Tanpa aji,
tanpa ilmu, kula boten gadhah ajrih, sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih
Gusti kula.''
Artinya : “Tanpa
ajian, tanpa ilmu (kanuragan), saya tidak takut, sebab payung atau pelindung
saya adalah Tuhan dan perisai saya juga hanya Tuhan.”
“Ngalurug tanpa Bala”
Ngalurug
tanpa Bala adalah merupakan sebagian
kebenaran hidup yang harus dihayati dan diamalkan, karena ungkapan ini merujuk
pada istilah berkarya dengan tangan sendiri. Tak
perlu bantuan, tak perlu teriak-teriak meminta pertolongan, karena diri pribadi
sudah dapat mengatasi apa yang dialami.
Sesungguhnya musuh manusia adalah setan,
baik setan manusia maupun setan jin, maka kepada keduanyalah manusia harus
melakukan perlawanan. Sekali lagi, setan-setan itulah yang harus dilawan,
diperangi, dan kalau bisa, dimusnahkan saja.
“Trimah mawi pasrah.
Suwung pamrih, tebih ajrih.
Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.
Antheng mantheng sugeng jeneng.”
Artinya : “Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari
takut. Abadi tiada duka, tiada suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta.”
Konsep
“trimah mawi Pasrah”, oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa
yang pernah beliau katakan di bawah ini :
“Ikhlas marang apa sing wes kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.”
Artinya : “Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi.
Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada.”
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu
sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak
mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa
yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan,
dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang
sangat disukai oleh Tuhan.
“Trimah mawi Pasrah” juga dapat diartikan
bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan
segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik
derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat
kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan
kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.
”Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang
ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti “.
Artinya : ”Tiada pamrih, tiada takut,
hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan kepada Tuhan’’
“Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih
utawi ancas ingkang boten sae.”
Artinya : “Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya)
menyimpan pamrih atau niat yang tidak baik.”
“Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh
ipun tangis pamrih, nanging luh peresanipun manah suwung pamrih.”
Artinya : “Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis
pamrih, tetapi air mata perasan hati yang kosong pamrih.”
Ketika anda menangis, menangislah karena
syukur dan ikhlas, bukan karena menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba.
Apalah artinya menantikan imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah
artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika
kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman,
kebahagiaan dan kemuliaan.
”Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng;
seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta “
Artinya : “Yang jelas adalah mencari terang di dalam
gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya.”
Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di
bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-peteng; seneng-sengsara;
sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya
kehidupan. Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng
terus itu juga tidak ada. Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu,
yang bertentangan itu dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya panjang,
kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan sehat. Dengan
mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk.
Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam
kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng dan selalu ingin yang padhang saja,
apa jadinya dunia ini? Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng
terus, apa saja yang semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya
matahari. Kalau panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan
tersebar di muka bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana.
Daratan akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia.
Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini?
Senang dan sengsara harus diterima seperti
apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang
tersembunyi. Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah.
Jika kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah.
Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.
‘’Di manapun
anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan,
maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena
berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan’’.
Demikianlah kata-kata bijak atau filsafat-filsafat
dari R.M.P Sosrokartono, semoga menjadi panutan dan wawasan kita dalam
menjalani hidup. Hidup bukan hanya sekedar mencari makan atau hanya sekedar
hidup, tapi alangkah baiknya kalau hidup kita ini berguna terhadap sesama
manusia walaupun hanya sekedar bantuan-bantuan kecil terhadap orang terdekat
kita.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Terima kasih wassalam ...
Adhy_Kts